Membelajarkan Siswa

Peserta didik adalah obyek yang harus dibelajarkan di dalam kelas. Peserta didik bukanlah gelas kosong yang tidak memiliki pengetahuan awal (sebelumnya). Peserta didik ketika berada di kelas pada mata pelajaran tertentu, peserta didik telah memiliki persepsi masing-masing, baik persepsi benar maupun salah terhadap materi pelajaran tertentu. Misalnya, ketika peserta didik bersiap menerima pembelajaran Fisika tentang pengukuran, maka sebelum pendidik menjelaskan tentang pengukuran, peserta didik telah memiliki persepsi tentang pengukuran atau bahkan pernah melakukan pengukuran, baik waktu belajar pengukuran di SMP maupun mengukur dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peran pendidik adalah bagaimana menciptakan pembelajaran yang mampu membelajarkan peserta didik di kelas.

Banyak strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang mampu membelajarkan peserta didik. Pertama, pendidik dapat menerapkan pembelajaran kooperatif, misalnya Jigsaw, Pembelajaran Berbasis Masalah, Discovery Learning, atau Inquiry Learning. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Bila pendidik mampu menerapkan secara maksimal pembelajaran kooperatif sesuai dengan sintaksnya masing-masing, maka peserta didik akan mampu dibelajarkan di dalam kelas.

Kedua, membuat panduan pembelajaran dalam bentuk lembar kerja. Lembar kerja tidak hanya dalam bentuk lembar untuk praktikum (Hand On) tapi dapat berbentuk Mind On. Aktivitas Mind On adalah aktivitas yang mengandalkan otak.  Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pengembangan kognitif sangat penting, hal ini dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapat, anak dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sesuai dengan makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Hands on adalah aktivitas psikomotorik yang mengandalkan pergerakan otot tubuh. hands on dalam pembelajaran adalah seluruh aktivitas dan pengalaman langsung peserta didik dengan fenomena alam.

Ketiga, pendidik berperan sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang mengarahkan peserta didik untuk belajar. Memberikan petunjuk-petunjuk yang bersifat umum agar peserta didik mampu mencari hal-hal khusus atau penjelas pada materi pelajaran tertentu. Pendidik harus mampu mengurangi ceramah di dalam kelas agar peserta didik tidak tampak pasif mendengarkan penjelasan pendidik.

Keempat, manfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi berkembang sangat cepat dewasa ini. Pendidik di sekolah harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan semaksimal mungkin dimanfaatkan dalam pembelajaran. Misalnya ketika pembelajaran yang bersifat teoritis, peserta didik diberi kesempatan untuk mencarinya di internet. Peserta didik mengumpulkan sebanyak-banyak informasi yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, kemudian mempresentasikan di depan kelas. Pendidik cukup mengarahkan dengan memberikan penguatan dan evaluasi terhadap aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Lukman Hakim, M.Pd

Pendidik IPA di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto

Leave a Reply